Rabu, 20 November 2013

PULAU BIAWAK BUTUH BANYAK INVESTOR

Potensi kawasan wisata Pulau Biawak, Kecamatan Indramayu, Indramayu Jawa barat (Jabar) sangat besar, bisa dikembangkan menjadi objek wisata berskala nasional. Pesona alam di Pulau Biawak merupakan anugerah Tuhan bagi pulau yang berjarak sekitar 40 kilometer dari pantai utara Indramayu ini. Airnya bening dan pasirnya putih seperti kebanyakan pantai di kawasan selatan. Daratan seluas 120 hektar ini juga kaya dengan tanaman bakau yang hijau dan rapat dipandang dari ketinggian.

Berbagai obyek bisa "dijual", seperti pantainya yang berpasir putih, bangunan mercusuar yang didirikan pada tahun 1872, keindahan terumbu karang dan ikan hias laut, hutan mangrove serta obyek wisata kelautan lainnya lagi.Dengan tersedianya obyek wisata bahari itu, memungkinkan wisatawan yang datang bisa melakukan kegiatan memancing, diving, dan snorkling. Belum lagi obyek lain yang ada di daratan, macam satwa biawak, satwa burung langka, serta keberadaan makam keramat seorang Syech dari Banten, yang bisa dijadikan obyek wisata religi.

Sedikitnya ada dua nama lain yang lazim digunakan untuk menyebut Pulau Biawak, yakni Pulau Rakit dan Pulau Menyawak. Karena itu, Anda tak perlu berdebat ketika orang menyebut nama selain Pulau Biawak. Petugas menara suar yang tinggal di sana, Slamet Riyanto, mengatakan, sebelumnya ada lagi sebutan untuk Pulau Biawak, yakni Pulau Bompyis, yang merupakan nama warisan penjajah Belanda. "Kalau tidak salah, nama Pulau Rakit diubah menjadi Pulau Biawak pada tahun 1980–an," kata Slamet yang bertugas di sana bersama seorang temannya.

Tulisan nama Bompyis masih tersisa pada papan di ruangan genset—alat yang bisa menghasilkan listrik. Genset itu digunakan untuk penerangan permukiman petugas dan, terutama, untuk menyalakan lampu suar. Lampu penunjuk arah bagi para pelaut itu terletak pada menara setinggi 65 meter. Bangunan tersebut juga merupakan "warisan" Belanda, yakni dibangun pada tahun 1872.

Di bagian dalam menara, yang berbentuk silinder, terdapat tangga memutar dengan keseluruhan anak tangga berjumlah 240. Butuh keberanian untuk menaiki tangga tersebut. Namun, jika berhasil mengalahkan rasa takut dalam diri kita, di puncak menara kita akan menemukan pemandangan hutan bakau dan laut yang memesona.

HABITAT BIAWAK
Sesuai dengan namanya, pulau ini merupakan habitat biawak (Varanus salvator). Konon reptilia itu sudah ada sejak pulau tersebut didatangi manusia pada lebih dari satu abad yang lalu. Belum ada penghitungan yang memberikan data pasti tentang jumlah binatang itu. Namun, jumlahnya diperkirakan mencapai ratusan ekor. Mereka hidup di rawa–rawa dan semak–semak hutan bakau yang keberadaannya mendominasi daratan itu.

Biawak–biawak tersebut tidak jinak. Namun, "mereka tidak menyerang kalau tidak kita ganggu," kata Dulrokhim (61), nelayan Indramayu yang tengah berada di sana. 

Dulrokhim menambahkan, biawak biasanya juga mampir ke kawasan rumah penjaga menara suar, terutama saat ada nelayan yang singgah membawa ikan. "Mungkin bau amis ikan itu yang mengundang mereka datang," katanya. Meski tidak jinak, lanjutnya, ada beberapa biawak yang tak segera lari kalau didekati. "Mungkin sudah terbiasa. Jadi, tidak takut lagi terhadap manusia," kata Dulrokhim lagi.

Namun, lanjut Durokhim, tak hanya biawak yang merupakan kekayaan fauna lingkungan Pulau Biawak. Banyak juga burung yang melintasi angkasa pulau tersebut, antara lain cangak laut (Ardea sumatrana), trinil pantai (Bubulcus ibis), dan burung udang biru (Alcedo Caerulenscens). Lautnya yang bening juga merupakan surga bagi ratusan jenis biota laut dengan bentuk dan warna yang indah.

Kondisi terumbu karang pada kedalaman tiga meter masih cukup bagus. Berdasarkan data di Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu, terdapat 95 jenis ikan yang mewakili 30 famili, antara lain ikan zebra (Dendrichirus zebra), kupu–kupu (Chaetodon chrysurus), dan merakan (Pterois valiteus). Dengan menyelam, ikan–ikan cantik itu dapat dilihat mulai dari kedalaman lebih kurang satu meter.

BUTUH INVESTOR
Semua itu butuh pengembangan yang serius, serta perlu adanya perhatian dari para investor baik lokal maupun luar negeri, yang berminat untuk menanamkan usahanya di pulau tersebut. Demikian dikemukakan, Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kabupaten Indramayu, Drs Trisula Baed

Jaraknya yang hanya 24 mil dari Pantai Karangsong Indramayu bisa ditempuh dalam waktu sekitar empat jam. "Itu kalau menggunakan kapal biasa. Kalau pakai kapal cepat paling hanya dua jam," katanya.

Sejauh ini, untuk menunjang aktivitas wisata di pulau tersebut sudah terbangun dermaga/jeti, kantor pusat informasi, pos jaga, pondok wisata sebanyak tiga unit, serta unit penangkaran biota. Sebagai alat transportasi telah tersedia dua buah kapal masing-masing dengan kapasitas 30 dan 25 penumpang. Tersedia pula genset untuk penerangan, solar cell, serta sarana komunikasi (SSB dan HT).

Sarana yang telah ada itu, diakui Trisula masih jauh dari jauh dari pemenuhan kebutuhan. "Kalau ingin Pulau Biawak menjadi obyek wisata berskala nasional, masih perlu penambahan-penambahan fasilitas lainnya," kata dia. Seperti penambahan sarana transportasi atau kapal cepat, restoran, atau penambahan sarana penginapan.

Untuk itu, Trisula berharap, ada pihak investor yang mau turut mengembangkan potensi pulau itu dengan menanamkan modalnya. Sedikitnya diperlukan anggaran sebanyak Rp 25 miliar, untuk mengembangkan pulau itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar