Senin, 11 November 2013

Sekilas cerita sahabat cahyo

Jalan-jalan ke Pulau Biawak - Indramayu Jawa Barat

Pulau Biawak - Indramayu Jawa Barat

http://andromedocahyo.blogspot.com - Sudah 3 tahun kami tinggal di Indramayu namun belum pernah ke Pulau Biawak, sungguh sangat menyedihkan :(. Dari dulu hanya rencana-rencana saja tanpa ada realisasi. Kali ini kami benar-benar serius untuk jalan-jalan ke Pulau Biawak. Berawal dari jadwal yang kami tunda gara-gara beberapa teman banyak yang berhalangan dan ditambah lagi kondisi cuaca di laut yang kurang bagus. Akhirnya tanggal 14 Juli 2012 kami berangkat juga dengan menggunakan perahu nelayan Majakerta yang sudah saya kenal sebelumnya. Namun keberangkatan kali ini bukan dari Majakerta tapi dari Parean -Eretan Wetan Indramayu, karena kebetulan perahu nelayan ini lagi sandar disana. Sebenarnya untuk ke pulau Biawak umumnya lewat Pantai Karangsong, pantai Tirtamaya dan pantai Dadap Juntinyuat yang memang sudah banyak perahu yang biasa mengantar wisatawan ke Pulau Biawak. Dari 12 orang yang rencananya ikut trip ini, menjadi 6 orang yaitu Saya, Anas, Brewok, Iqbal, Opik, Nunug, dan lainnya berhalangan. Pagi-pagi sekali kami berangkat dari kota Indramayu dengan diantar teman kami Awank dan pada pukul 05.00 sampai di Parean. Dari Parean 05.30 kami berangkat, awalnya perahu susah keluar karena air masih surut namun kami semua ikut membantu mendorong perahu sampai akhirnya perahu bisa jalan juga. Kami semua awalnya tertidur pulas, tapi ketika terik matahari sudah di atas kepala kami mulai terbangun satu persatu. rasa pusing, mual, haus dan lapar mulai terasa. Satu persatu mulai mabuk laut dan akhirnya ngasih makan ikan a.k.a muntah, hahaha, cuma saya aja yang pertahanannya masih kuat, hehehe. Memang angin laut lagi kencang, otomatis ombak menjadi tinggi dan pastinya perahu yang kami tumpangipun bergoyang terus. Perjalanan ini terasa sangat lama apalagi perahu kami sedikit salah arah dan ditambah lagi belum tahu jalur masuk pelabuhan pulau biawak. Karang dan koral yang terlihat dari permukaan membuat ragu sang nahkoda, takut klo perahunya menghantam karang dan 1 jam lamanya gak jelas muter-muter sekitar pulau Biawak sampai akhirnya kami dituntun perahu lain yang kebetulan mau sandar. Akhirnya penderitaan ini terbayar sudah! air yang jernih, terumbu karang, biawak dan pasir putih menyambut kami. Kami tiba pukul 13.30 siang, bertemu dengan pak Manto (petugas dinas perhubungan navigasi pelayaran dan juga sebagai penjaga pulau Biawak) dan beberapa pengunjung yang sudah duluan sampai sini. Dengan ijin pak Manto kami dipersilahkan mendirikan tenda dekat gerbang masuk, kemudian lanjut membuat makan siang dengan peralatan dan perbekalan yang sudah kami bawa. Badan lemas akibat perjalanan jauh akhirnya pulih kembali setelah perut terisi makanan, hehehe... Oh ya pengunjung juga bisa memanfaatkan fasilitas rumah dinas disini, total yang bisa dipakai ada 4 rumah sudah terisi kasur dan kursi, kemudian ada 2 kamar mandi, dan 1 televisi. Ada juga 3 cottage milik dinas pariwisata namun belum pernah dipakai mungkin alasan beberapa pengunjung yaitu letaknya agak jauh dari rumah pak Manto, ditengah hutan bakau dan waru, dan lagi dekat makam. Listrik disini menggunakan diesel genset yang dinyalakan pada malam hari s/d pagi hari. Saatnya menikmati pulau ini... snorkeling bro!! sudah tidak sabar kami ingin menikmati pemandangan bawah laut sekitar pulau ini. Sebelah kanan pelabuhan jika dari pulau, kita dapat menikmati pemandangan spot terumbu karang yang begitu luas sedangkan sebelah kiri merupakan spot koral dan juga merupakan spot mancing yang bagus di pulau Biawak ini.

mobil sesak dengan muatan, wkwk



Malam hari kami habiskan dengan mengobrol dengan pak Manto tentang sejarah pulau biawak ini dan pengalaman beliau selama menjaga pulau ini. Beberapa tahun terakhir, istri pak Manto juga ikut menemani beliau menjaga pulau ini, dan baru 1 hari sebelum kedatangan kami akhirnya ada petugas lain dari dinas berhubungan yang ditugaskan di pulau ini namanya pak Sukur sehingga pulau ini jadi ada 2 petugas, mungkin memang disiapkan untuk pengganti pak Manto yang rencananya pertengahan tahun 2013 akan pensiun. Pagi-pagi sekali kami bangun segera naik mercusuar yang ada di pulau ini, untuk menaiki tangga mercusuar ini harus melepas alas kaki. Kami semua menuruti apa yang dikatakan pak Manto, mungkin biar suara hentakan kaki kita tidak terdengar keras atau ada alasan lain ya gak tau deh. Sungguh indah pemandangan pulau ini, hutan mangrove yang lebat, burung bangau, gugusan pasir, garis pantai dengan karangnya dan birunya laut terlihat jelas dari puncak mercusuar ini. Saya dan Anas duluan turun, dengan tujuan untuk mancing sambil snorkeling :p. Senangnya kami mendapatkan ikan kakap merah dan kerapuh serta tidak kalah senengnya dapat melihat pemandangan terumbu karang serta batu koralnya. Selesai mancing kami segera masak dan bakar ikan ini. Beberapa dari kami masak sebagian lagi bermain dengan biawak. Setelah itu kami sempatkan untuk berkeliling sekitar pulau ini. Ada makam Syeh Syarif Khasan di sebelah barat pulau ini yang konon ceritanya masih kerabat dekat Syeh Syarif Hidyatullah (Sunan Gunung Jati) yang pada waktu itu sedang berlayar dan jatuh sakit kemudian akhirnya meninggal dekat pulau ini, oleh rombongan  diputuskan untuk dimakamkan di pulau ini. Di sebelah timur ada makam Belanda yang dinisannya tidak ada keterangan namanya, kemungkinan dulunya petugas mercusuar ini dan di belakang rumah dinas ini ada sumur yang airnya berwarna pink, dan dulu malahan airnya berwarna merah. Entah mengapa bisa begitu, mungkin ahli-ahli kimia bisa menelitinya, hehehe. Keterangan dari pak Manto di dalam sumur ini ada biawaknya dan jumlahnya selalu sama dari tahun ke tahun. Selesai keliling, pukul 2 siang kami pulang ke Indramayu dengan tujuan sandar Desa Majakerta dan sampai sekitar jam 7 lebih. Oh ya sebelum meninggalkan pulau ini kami memberikan beberapa sisa ransum kami (mie, kopi, beras, bumbu masak dll) dan sedikit uang sebagai ucapan terimakasih. Untuk pengunjung yang memakai rumah dinas penjaga mercusuar dapat memberikan uang sewajarnya, dan kelihatannya tidak ada tarif yang pasti. Kekurangan pulau ini adalah alat komunikasi, tidak ada sama sekali alat komunikasi, baik radio dan apalagi hp jelas tidak ada sinyal. Antena parabola TV juga tidak dapat menjangkau, malah antena biasa yang bisa meskipun cuma 1 atau 2 channel yang tertangkap. Memang alat komunikasi yang dikeluhkan pak Manto, dan menurut saya harusnya petugas disini difasilitasi handphone satelite meskipun harganya agak mahal tapi kepentingannya ituloh bagaimana jika terjadi sesuatu di wilayah perairan ini??. Satu-satunya hiburan adalah musik dari sound system dengan suara cukup kenceng dan cukup menghibur penjaga mercusuar ini serta beberapa nelayan yang sering bersandar di pulau ini. Pulau ini akan rame nelayan klo kondisi cuaca di laut kurang bagus, karena pulau ini bisa dijadikan tempat perlindungan mengingat daratan laut Jawa lumayan jauh. Biasanya nelayan-nelayan ini sedang melaut di sekitar pulau ini yang memang kaya akan ikan dan kepitingnya terutama sekitar tanaman bakau. Menurut saya Pulau Biawak lah tempat wisata terbaik yang dimiliki oleh Indramayu. Jalan-jalan kali ini sangat berkesan, pengen lagi kesana :p

Hutan Mangrove pulau Biawak
nyelam dulu demi menyelamatkan ikan dan kail, hehehe
Brewok si juru masak
Ikan kakap merah dan kerapuh


menikmati hasil
Anas si pawang biawak, hahahaha
Biawak


Sumur pink, katanya dulu warnanya merah sih
Bersama pak Manto dan Pak Sukur
makam Belanda
homestay tapi gak pernah dipakai pengunjung

Selamat tinggal pulau Biawak
perjalanan pulang
PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan view dari laut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar